UNDUH PTK SMP :Efektivitas Penggunaan Laboratorium
PTK menjadi hal yang tak bisa ditawar - tawar lagi bagi guru terutama PNS. Untuk bisa naik pangkat guru PNS harus membuat sejumlah PTK tergantung tingkat golongan yang akan diajukan. Untuk mendapatkan juknis kenaikan tingkat anda bisa lihat Juknis PKB pada blog ini. Tanpa basa basi kali ini kami admin ptksuper.blogspot.com akan membagikan file PTK super lengkap yang bisa anda gunakan sebagai referensi untuk membuat PTK.
PTK yang kami bagikan berjudul Peningkatan Pemahaman Konsep IPA (SAINS) Melalui Efektivitas Penggunaan Laboratorium Kelas VII SMP
silahkan perhatikan review dibawah ini dan silahkan unduh.
Pendahuluan
Dengan diberlakukannya undang-undang No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah yang bermakna dilaksanakannya otonomi daerah di Indonesia, maka membawa
implikasi pada perubahan setting pendidikan. Dalam era otonomi daerah maka pola
pendidikan yang cenderung desentralistik, dari pola sentralistik menyebabkan
perlunya penyesuaian dalam aspek pendidikan. Harapannya semua warga sekolah
mempunyai komitmen yang tinggi untuk dapat menjaga sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah. Dalam hal ini, mengingat bahwa untuk pengadaan sarana dan
prasarana tidak lagi hanya menunggu bantuan dari Pemerintah pusat saja, akan
tetapi diperlukan kiat atau upaya sekolah yang lebih intensif. Terlebih lagi
dengan adanya kewenangan untuk mengurus diri sendiri, sekolah harus mampu dan
bersiap diri untuk mengelola sarana dan prasarana sekolah serta mampu
memanfaatkannya seefektif mungkin dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
Pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional sejak lama sudah menyiapkan dan memberikan berbagai macam
sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan akses dan kesempatan
belajar, dan meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dapat dilihat antara lain
telah berjalannya kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan menggunakan
berbagai sarana dan prasarana yang telah disiapkan yaitu: penyediaan bangunan
dan fasilitas pendukungnya, mebelair, perpustakaan beserta buku-buku penunjang
belajar, laboratorium dan peralatan beserta bahan-bahannya untuk praktikum
sampai dengan struktur dan system penataan organisasi sekolah untuk menjamin
supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Dari beberapa hasil penelitian di
bidang pendidikan, diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran masih
berlangsung dalam bentuk trasfer of knowledge, yaitu suatu proses yang hanya
menghasilkan kemampuan visual dalam bentuk kemampuan hafalan masih jauh dari
konsep pemberdayaan berfikir. Kurikulum 1994, pada dasarnya telah menerapkan
profil lulusan yang memiliki kemampuan berfikir melalui penggunaan ketrampilan
proses, namun dalam prakteknya belum berjalan. Dalam kurikulum KBK sangat
mendukung sistem pengajaran karena telah menilai dua aspek, yaitu aspek
pemahaman dan penerapan serta kinerja ilmiah. Paradikma proses pendidikan yang
selama ini diterapkan baik secara sadar maupun tidak mengakibatkan posisi
Indonesia menempati urutan papan bawah ditinjau dari segi sumber daya manusia
di percaturan negara-negara Asia Pasifik .
Asumsi dasar pada paradigma sains ini
adalah seperti yang tersaji pada Tabel 1 berikut.
Tabel I
Basic
Assumptionss of the Scientific Naturalistic Paradogms
Assumptions
about
|
Paradigm
Scientific
|
Paradigm
Naturalistic
|
Reality
|
Singular,
convergent,
Fragmentable
|
Multiple,
divergent, interrelated
|
Inquirer/subject
relationship
|
Independent
|
Inter-related
|
Nature
of truth statements
|
Generalizations
nomothetic statements- focus on
similarities
|
Working
hypoteses idiographic statements focus on differences
|
Sumber :Guba.(1981). Effective evaluation. San Francisco:Jossey Bass Publisher.
Dalam penelitian ini materi pada
konsep pemisahan campuran dengan cara penyaringan (filtrasi). Kegiatan
penyaringan biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ketika kita
menyaring teh, membuat santan dari parutan kelapa, mengayak tepung untuk bahan
roti, dan memisahkan pasir dari kerikil-kerikil. Partikel pasir tidak mampu
melewati kertas saring. Air kita katakan sebagai filtrat (hasil penyaringan),
sedangkan pasir disebut residu. Jadi, penyaringan dapat dilakukan ketika kita
ingin memisahkan suatu campuran yang zat penyusunnya berupa cairan (zat cair)
dan padatan (zat padat) dengan ukuran padatan yang cukup kecil dan padatan
tidak larut dalam zat cair.
Tidak semua air yang kita peroleh
dapat langsung di gunakan untuk berbagai keperluan. Air tersebut harus
mengalami proses pengubahan. Sifat-sifat air yang tidak di kehendaki di ubah
menjadi air yang berkualitas. Badan Kesehatan Dunia (WHO=World Health Organization), departemen
Kesehatan RI peraturan menteri kesehatan Nomor 01/BIRHUKMAS/I/1975 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum pasal 2, dan asosiasi kesehatan
di tiap-tiap negara menerangkan bahwa kualitas air yang baik harus diupayakan,
baik dari segi fisika, kimia, maupun biologi.
a. Kualitas air secara fisika meliputi kekeruhan,
warna, bau, rasa, dan suhu. Air yang baik harus jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau, dan suhu air lebih kurang 25 oC .
b. Dari segi kimiawi air tersebut tidak mengandung
racun, zat-zat mineral, dan zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melebihi batas
yang ditetapkan.
c. Secara biologis, air juga harus terbebas dari
organisme hidup penyebab penyakit, seperti bakteri kolera, bakteri koli,
bakteri tifus, dan amoeba, (Nurul Kamilati, 2006: 67).
Agar
supaya laboratorium dapat dikelola dan memberikan daya guna yang optimal, harus
ada yang mengelola laboratorium. Pengelola laboratorium meliputi pengelola laboratorium
biologi, pengelola laboratorium kimia dan pengelola laboratorium fisika.
Masing-masing pengelola laboratorium bertanggungjawab kepada koordinator sains
dari sekolahnya. Di samping itu terdapat pemakai laboratorium yakni siswa dan
guru pembimbing praktikum. Sedangkan guru pembimbing praktikum bertanggungjawab
kepada pengelola laboratorium sesuai dengan bidang studinya.
Dalam melaksanakan tugasnya seorang
pengelola laboratorium hendaknya melakukan usaha-usaha pengelolaan sebagai
berikut:
1) Suasana laboratorium dalam keadaan disiplin yang
baik
2) Keberhasilan, keamanan dan keselamatan selalu
terpelihara, dan
3) Pemakai laboratorium secara merata dan terpadu
sehingga tidak terdapat perebutan antara kelas yang satu dengan yang lain.
Seyogyanya
pengelola laboratorium juga mempunyai kemampuan
manajemen, sepeti
dikatakan Strom (1976: 168):
Instructional
Management Competencies Laboratory Personal
Organization.
Schedule laboratory equipment for
maximum utilization by students. Criteria:
Instructional schedules were
developed cooperatively by the vocational faculty to insure maximum use of
laboratory equipment.
A plan
for an “open lab” operation was developed.
Pengelola laboratorium juga berfungsi
sebagai administrator alat dan bahan, harus menyusun daftar alat dan bahan yang
ada dalam laboratorium yang dikelolanya. Daftar alat dan bahan ini berisikan
jenis dan jumlah serta bahan yang telah diterima atau dibeli, jumlah dan jenis
bahan habis, serta jenis bahan yang masih ada. Data-data ini diperlukan untuk
menyusun laporan bulanan atau laporan akhir semester atau akhir tahun. Hasil
laporan ini dapat digunakan lagi sebagai bahan untuk menyusun perencanaan
mengenai kebutuhan akan alat dan bahan pada tahun-tahun berikutnya, biaya untuk
perbaikan alat yang rusak serta biaya pemeliharaan alat yang ada. Juga dapat
mengatur alat dan bahan sedemikian rupa sehingga mudah untuk mendapatkannya
bila diperlukan. Hal-hal yang berkaitan dengan laboratorium adalah sebagai
berikut :
1. Disiplin
dalam laboratorium
Tata tertib dibedakan menjadi dua,
yaitu tata tertib untuk siswa dan tata tertib untuk guru (instruktur). Tata
tertib untuk siswa disusun oleh pengelola laboratorium. Sedangkan tata tertib
untuk guru disusun oleh koordinator pelajaran sains bersama guru mata pelajaran
yang relevan.
Tata tertib dalam laboratorium hendaknya
memberi keleluasaan kepada siswa untuk bekerja dengan rasa tanggungjawab.
Dengan demikian, perlu diusahakan oleh guru-guru agar tiap siswa melakukan
kegiatan laboratorium dengan rasa ikut memelihara atas laboratorium serta alat
dan bahan yang ada di dalamnya maupun atas keamanan, keselamatan, dan
kelancaran kerja di laboratorium.
2.
Pengadaan alat dan bahan
Pada umumnya bagi sekolah negeri
pengadaan alat dan bahan laboratorium dilakukan oleh pemerintah. Biasanya alat
dan bahan ini diberikan kepada sekolah-sekolah secara cuma-cuma, akan tetapi
bila alat dan bahan tersebut rusak atau habis mereka masih melakukan pembelian
sendiri. Tetapi bagi sekolah-sekolah lain seperti sekolah swasta harus membeli
sendiri alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pendidikan sains.
3. Pemilihan alat laboratorium sains
Langkah-langkah pemilihan alat laboratorium
sains adalah sebagai berikut:
1) Peninjauan kurikulum sekolah.
2) Analisis pokok bahasan.
3) Peninjauan metode pembelajaran.
4) Peninjauan kegiatan pembelajaran.
5) Pemilihan alat dan bahan.
4.
Pemeliharaan dan perawatan alat dan bahan laboratorium
Perawatan dan pemeliharaan alat dan
bahan laboratorium sesuai dengan jenis dan macamnya. Oleh karena itu, perlu
diketahui dan diperhatikan sifat-sifat dasar alat dan bahan tersebut, yaitu:
1) Perawatan sesuai dengan jenis zat atau bahan
pembuatannya.
2) Perawatan sesuai dengan beratnya.
3) Perawatan sesuai dengan kepekaan alat terhadap
pengaruh lingkungan.
4) Perawatan alat terhadap pengaruh bahan kimia.
5) Perawatan sesuai pengaruh alat terhadap alat yang
lainnya.
6) Perawatan sesuai nilai atau harga alat.
7) Perawatan sesuai dengan bentuknya.
Sudarsono (1994: 33) menjelaskan bahwa
efektivitas merupakan rasio antara output
terhadap inputnya. Efektivitas
merupakan ukuran yang menyatakan sejauh
mana sasaran dalam hal ini kuantitas, kwalitas, dan waktu yang telah dicapai.
Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat
pencapaian tujuan dan rencana yang telah disusun sebelumnya. Efektivitas
penggunaan diukur dengan tingkat sumbangsih atau kontribusi dan urgensitas yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini ada dua faktor penentu yaitu pertama sarana dan
prasarana laboratorium dan kedua sumber daya manusia meliputi siswa dan guru.
Indikatornya meliputi: kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium,
pengelolaan laboratorium, tenaga laboran, manfaat laboratorium, tata tertib
laboratorium, penggunaan laboratorium, disiplin dalam laboratorium,
pemeliharaan laboratorium, dan perawatan laboratorium. Pelaksanaan praktikum
siswa yang menggunakan alat-alat laboratorium seperti alat-alat optik, listrik,
dan bahan-bahan kimia sebaiknya dilaksanakan di laboratorium. Misalnya
pengamatan-pengamatan yang menggunakan mikroskop, listrik tegangan tinggi, dan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar,
meledak, dan beracun. Sedangkan pelaksanaan praktikum, siswa yang tidak harus
menggunakan alat-alat dan bahan tersebut di atas, misalnya keanekaragaman
tanaman, keanekaragaman hewan, macam-macam habitat, dan lain-lain, bisa
dilaksanakan di luar laboratorium atau modifikasi laboratorium. Untuk dapat
dicapai efektivitas penggunaan laboratorium sains dalam pembelajaran sains agar
dapat seperti yang diharapkan ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
- Benar dalam
proses atau guna.
- Benar dalam
pencapaian hasil.
Metode
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu tindakan pertama
pada silklus pertama dan tindakan kedua pada siklus kedua, sehingga penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari dua siklus.
Sumber data diambil dari peserta didik, dengan
menggunakan daftar nilai yaitu dari nilai awal sebelum ada tindakan kelas,
nilai tes pada siklus pertama, dan nilai tes pada siklus kedua. Bentuk tes
adalah pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban, setiap jawaban benar
diberi skor satu dan jawaban salah atau kosong skor nol.
Sumber data yang lain diambil dengan
lembar observasi dengan pedoman observasi dan pedoman wawancara. Observasi dan
wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah, guru IPA (sebagai Pengelola
laboratorium), dan peserta didik.
Setelah
diperoleh data selanjutnya data dianalisa. Dalam penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes awal, nilai tes
pada siklus pertama dan nilai tes pada siklus kedua. Observasi maupun wawancara
dengan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi, wawancara
dan refleksi.
Teknik
pengumpulan data adalah dengan tes pada siklus pertama dan tes pada siklus ke
dua. Untuk melengkapi data juga digunakan teknik pengumpulan data yang lain
yaitu observasi dan wawancara terhadap kepala sekolah, guru IPA, dan peserta
didik. Juga direkam dengan handycam saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dengan mengefektifkan penggunaan laboratorium.
Alat pengumpulan data yang digunakan
meliputi butir soal tes bentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban,
sebanyak 30 butir soal pada tes siklus pertama.
Pada siklus kedua diberikan tes bentuk pilihan ganda dengan empat
alternatif jawaban, sebanyak 30 butir soal. Butir soal sebelum diteskan
dilakukan uji validitas butir soal dengan program ITEMAN. Untuk mendukung agar
data yang diperoleh valid digunakan alat pengumpul data yang lain berupa lembar
observasi dan pedoman wawancara.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
dapat dilihat dengan adanya peningkatan pemahaman konsep pemisahan campuran
yang direfleksikan dengan jumlah peserta didik yang memperoleh nilai hasil
belajar > 66 mencapai 85% atau lebih dan skor rata-rata kelas minimum 70,
menurut standar minimal ketuntasan belajar (KKM) IPA SMP N I Salam.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian agar lebih jelas dapat dilihat
dengan tabel perbandingan nilai IPA jika dipersentase perolehan nilai pada
kondisi awal, hasil tes siklus I, dan hasil tes pada siklus II seperti Tabel 2
berikut.
Tabel 2
Perbandingan Persentase Perolehan
Nilai Kondisi Awal, Hasil Siklus I, dan Hasil Siklus II
Rentang
nilai *
|
Kondisi
awal
(%)
|
Hasil
siklus I
(%)
|
Hasil
siklus II (%)
|
66-100
|
40
|
67,5
|
87,5
|
55-65,9
|
27,5
|
25
|
12,5
|
42,5-54,9
|
20
|
7,5
|
0
|
<42,5
|
12,5
|
0
|
0
|
Rata-rata
|
56
|
66,5
|
73,58
|
* Sumber: Rentang nilai daya serap belajar SMP Kabupaten Magelang.
Hasil
tes yang terfokus pada aspek peningkatan pemahaman konsep pemisahan campuran
pada peserta didik dalam pembelajaran IPA, pada siklus pertama 27 peserta didik
dari 40 peserta didik memperoleh skor > 66 , ada 10 peserta didik memperoleh
skor antara 42,6-64,5 dan 3 peserta didik memperoleh skor antara 42,6-54,9 dan
tidak ada peserta didik yang mendapat skor < 42,5 dari 40 peserta didik.
Dengan hitungan persentase, kenaikan itu adalah sebesar 20%, dari 67,5% menjadi
87,5%. Dari persentase pembelajaran konsep pemisahan campuran melalui
efektivitas penggunaan laboratorium ini, terlihat bahwa terdapat peningkatan
pemahaman materi bahan ajar, aktivitas, dan minat peserta didik. Dengan
demikian, mengefektifkan penggunaan laboratorium dapat dijadikan sebagai
pegangan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA khususnya konsep pemisahan
campuran dengan cara penyaringan/filtrasi.
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
mengefektifkan penggunaan laboratorium pada kelas VII SMP N I Salam memberikan
peningkatan kemampuan dan pemahaman peserta didik tentang konsep pemisahan
campuran. Penentuan strategi ini harus mempertimbangkan beberapa hal seperti:
karakteristik yang dimiliki mata pelajaran, tujuan yang diharapkan, dukungan
lingkungan belajar, dan dukungan sarana prasarana belajar (seperti
laboratorium) dan yang tidak kalah pentingnya memperhatikan karakteristik
siswa. Model pembelajaran banyak ragamnya dan satu dengan yang lain tidak sama
bahkan mungkin sekali setiap guru mengembangkan metodenya sendiri untuk
mengefektifkan proses pembelajarannya. Satu hal yang terpenting adalah metode
yang digunakan merupakan metode yang paling sesuai bagi para siswa. Pengalaman
dan sumber penunjang yang dimiliki dapat membantu perkembangan pengetahuan
siswa. Menurut Moh Amien (1987: vii), mengatakan, perubahan metode pembelajaran
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu akan dapat memungkinkan
siswa mempunyai kesempatan belajar efektif dan bermakna.
Sebagai
ujung tombak kunci utama keberhasilan pendidikan adalah terletak pada cara
mengajar juga sarana yang mendukungnya. Interpretasi terhadap sains, sangat
tergantung pada cara guru mengajar sains yang berarti melekat dengan cara
peserta didik belajar sains. Menurut Dagher & Cossman (Djohar, 1999: 34)
pernah melakukan penelitian cara verbal guru mengajar sains, dan diperoleh
sepuluh macam cara yakni; analogik, anthropomorfik, fungsional, genetik,
mekanik, metafisik, praktis, rasional, tautologik, dan teologik. Masing-masing
cara verbal guru, mengajar sains tersebut akan menentukan bagaimana peserta
didik menginterpretasikan hakekat sains.
Ternyata
cara mengajar yang banyak dilakukan oleh guru sains adalah cara genetik, yang
berarti guru mengajar sains sekedar menyampaikan apa adanya (faktual) tanpa
mengungkap faktor mengapanya. Dampak dari cara itu, dapat diduga interpretasi
peserta didik terhadap sains adalah sekedar sebagai ilmu hafalan atau ilmu
tentang fakta sehingga dalam penelitian ini peneliti berusaha mengajar dengan
mengefektifkan penggunaan laboratorium untuk mengungkapkan dan mencari jawaban
mengapa, dengan mempraktekkan proses penjernihan air di laboratorium sehingga
peserta didik akan mengetahui alasannya dan memperoleh pengalaman secara
langsung, tidak hanya hafalan atau mengetahui faktanya. Dengan cara genetik peserta
didik tidak akan memperoleh pengalaman langsung tentang proses penjernihan air
atau materi sains yaitu tentang alam nyata.
Oleh karena itu, dengan mengefektifkan
penggunaan laboratorium, peserta didik akan meningkat pemahamannya tentang
konsep IPA. Eksperimen atau kegiatan-kegiatan laboratorium menunjukkan suatu
metode belajar-mengajar, sebab dan akibat suatu obyek atau gejala ditentukan
oleh pengalaman atau pengetahuan
perseorangan yang biasanya dibawah syarat-syarat pengawasan (kontrol).
Kegiatan laboratorum ditentukan suatu konsep seperti dalam penelitian ini yaitu
proses penjernihan air secara sederhana, dan guru memberikan
bimbingan-bimbingan yang diperlukan.
Kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa adanya kecenderungan dalam menggunakan, memfungsikan dan mempreposisikan
sarana prasarana dan fasilitas pendidikan, termasuk laboratorium hanya
digunakan sebagai instrumen ukur dalam jenjang akreditasi sekolah saja.
Perlakuan terhadap sarana-prasarana dan fasilitas lain sebagai simbol favorit
tidaknya sekolah tersebut saja, simbol-simbol lain dan status lain serta hanya
sekian predikat lain yang hanya mengutamakan kuantitas, tanpa mau
mempertanyakan kwalitas produk yang dihasilkan sejauh mana dan sejauh mana pula
kontribusi dan urgensi dari sarana prasarana serta fasilitas lain yang berharga
ratusan juta hingga milyaran itu memberikan sumbangsihnya dalam proses
pendidikan dan bekal bagi para lulusannya untuk memasuki jenjang pendidikan
berikutnya dan kehidupan di masyarakat. Laboratorium yang dilengkapi dengan
peralatan canggih dan bangunan yang megah tidak akan memberikan kinerja yang
diharapkan bila tidak didukung oleh personal yang qualified (Anwar Hadi, 2000:
93).
Suatu organisasi sebelum menentukan
tujuan-tujuan, terlebih dahulu harus menetapkan misi atau maksud dari
organisasi. Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang organisasi.
Misi suatu organisasi adalah maksud mendasar dan khas yang membedakan
organisasi tersebut dari organisasi-organisasi yang lain. Sedangkan tujuan adalah sesuatu yang dicari dan diinginkan
untuk dicapai. Sesuatu tersebut ditetapkan atau diketahui terlebih dahulu
sebelum kegiatan dilakukan. Tujuan yang juga merupakan hasil akhir yang ingin
dicapai, akan memberi arah kegiatan kelompok orang atau organisasi dan menyediakan
sarana dimana kepentingan pihak-pihak disalurkan kedalam usaha bersama, Sukanto
Reksohadiprojo (1988: 39).
Menurut Handoko (1984: 103),
mendefinisikan tujuan organisasi sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang
diinginkan dimana organisasi bermaksud untuk merealisasikan dan sebagai
pernyataan tentang keadaan waktu yang akan datang dimana organisasi sebagai
kolektifitas mencoba untuk menimbulkannya. Dua unsur utama tujuan adalah: (a).
Hasil akhir yang diinginkan diwaktu mendatang melalui, (b). Usaha atau kegiatan
sekarang diarahkan. Tujuan dapat berupa tujuan umum atau tujuan khusus. Tujuan
umum atau yang sering disebut tujuan strategis secara operasional tidak dapat
berfungsi sebelum dijabarkan terlebih dahulu kedalam tujuan-tujuan khusus yang
lebih rinci sesuai dengan jenjang manajemen, sehingga membentuk suatu hierarki
tujuan. Adapun tujuan khusus meskipun secara fungsional berdiri sendiri, secara
operasional terangkai di dalam suatu jaringan kegiatan yang memiliki arah sama
yaitu memberikan pedoman pencapaian tujuan organisasi.
Menurut
Lubis (1993: 27), mengutip sebelumnya tujuan umum dari laboratorium sains
adalah untuk menunjang kegiatan pembelajaran balam bidang sains, fisika,
biologi, dan kimia, terutama di sekolah lanjutan melalui kegiatan eksperimen
sebagai pembuktian nyata (realita) bahan/materi klasikal sehingga mampu
meningkatkan daya nalar siswa. Untuk mencapai tujuan organisasi dapat
ditelusuri dan dipelajari diberbagai karya pustaka teori-teori manajemen.
Laboratorium
sebagai sarana belajar di sekolah dapat menyediakan peralatan seperti mikroskop
yang membantu siswa untuk lebih mudah mengerti konsep yang dipelejari. Guru
dalam membuat rencana pelajaran haruslah memperhatikan alat dan bahan yang
dimiliki laboratorium, sehingga dapat mendukung pelaksanaan demontrasi dan
eksperimen.
Menurut Subiyanto (1988: 17), laboratorium sekolah
sangat penting karena mempunyai berbagai fungsi yaitu:
Fungsi laboratorium adalah sebagai berikut: a) dapat melahirkan berbagai
macam masalah untuk dipecahkan oleh siswa dan guru; b) tempat yang baik bagi
siswa untuk melakukan eksperimen, latihan, demonstrasi, atau metode yang
lain;c) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa akan peranan
ilmuwan; d) merintis perkembangan sikap, kebiasaan yang baik , dan ketrampilan
yang bermanfaat, dan e) memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja dengan
alat dan bahan tertentu, bekerja sama dengan teman, termotivasi untuk
mengungkapkan dan menemukan, dan kepuasan atas hasil yang dicapai.
Adapun
tujuan dari pemanfaatan berbagai fasilitas laboratorium sains dikemukakan oleh
Syaifa Budi (2002: 5), yaitu:
1) Memperkenalkan berbagai alat laboratorium dan
penggunannya kepada siswa pendidikan dasar dalam rangka melatih dan
mengembangkan keterampilan siswa dalam menggunakan alat-alat tersebut.
2) Siswa mampu melakkan dan mengamati suatu percobaan
kemudian melaporkan dan menyimpulkan hail pengamatannya dengan menggunakan
alat-alat yang dapat dapat memperluas jangkauan panca indera siswa.
3) Melakukan pengujian dan pembuktian terhadap suatu
teori yang telah diajarkan dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan
ketertarikan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran eksra sejak dini.
4) Menumbuhkembangkan rasa keingintahuan siswa, pola
dan daya pikir siswa, imajinasi, ketrampilan, kreativitas, kasadaran teknologi,
dan nilai ilmiah siswa serta mencintai dan menghargai kebesaran ciptaan Allah
SWT.
5) Mengasah daya analisis siswa dalam memecahkan
suatu permasalahan dan dalam pengambilan suatu keputusan serta kesimpulan.
6) Salah satu sarana untuk meningkatkan kenyamanan
belajar siswa secara variatif dan melatih siswa untuk dapat belajar aktif serta
mandiri.
7) Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses pembelajaran dalam mencapai target belajar mengajarnya.
Standarisasi mutu laboratorium akan
berjalan secara efektif dan efisien apabila didukung oleh laboratorium yang
andal, karena laboratorium merupakan salah satu tulang punggung dan motor.
Dalam hal ini laboratorium tidak hanya ditentukan oleh jumlahnya, tetapi lebih
diutamakan kepada kemampuannya didalam menghasilkan mutu data laboratorium yang
sesuai kebutuhan standarisasi. Mutu data yang absah tak terbantahkan dapat
digunakan sebagai dasar perencanaan, pengawasan, maupun evaluasi yang sangat
berguna bagi pengambil keputusan, perencana, penyusun program atau kegiatan.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan mengefektifkan
laboratorium dapat digunakan sebagai salah satu sarana pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar IPA konsep pemisahan campuran pada SMP N I Salam,
Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2006/2007.
File Unduhan
1. Artikel
2. PTK